Pertanyaan di atas kadang disampaikan kepada saya bila ketemu dengan teman-teman seperti, kenapa bapak AAG tidak kelihatan pada pesta pernikahan anaknya si A dan B? Biasanya hampir tiap tahun pada acara tahun baru di rumah bapak wali kita ketemu, kenapa kemarin saya tidak melihat bapak AAG?
Apakah bapak sudah libur ke luar daerah? Sebelum pandemi covid 19, kalau ada orang meninggal kita sering ketemu di rumah orang berduka, maaf kalau saya salah selama pandemi tidak pernah bertemu dengan AAG.
Itulah pertanyaan dari beberapa teman yang sedikit membuat saya malu dan tepukul. Namun, itulah kenyataannya. Selain saya menerima dengan lapang dada juga, saya sangat salut atas keberanian mereka berterus terang, jarang teman berani seperti itu.
Bisa jadi mereka diilhami kata bijak Pythagoras (filsuf Yunani kuno sekitar tahun 570 – 495 SM) yang mengatakan, “Pukulan dari sahabatmu, lebih baik daripada ciuman dari musuhmu”. Akhirnya percakapan kami berjalan familier.
Penulis merasa pertanyaan teman-teman serius sebagai tanda perhatian mereka kepada saya, karena itu saya jawab apa adanya, pada pesta anaknya A dan B saya tidak hadir. Akan tetapi saya hadir pada saat akad / pemberkatan / peneguhan nikah, sebab menurut saya acara tersebut sangat sakral karena kedua mempelai berjanji di hadapan Tuhan dan disaksikan umat, bahwa mereka saling setia seumur hidup dalam suka dan duka.
Apalagi bagi orang yang tinggal di kota acara adat dilaksanan setelah pemberkatan nikah. Memang, pesta juga penting, namun sifatnya hanya sebatas seremonial.
Selanjutnya pada acara tahun baru di rumah bapak Wali saya datang, saya duduk di shaf kursi sebelah barat, sedangkan anda ada di shaf kursi sebelah timur. Saya lihat bapak, hanya saja mungkin bapak pangling melihat saya, karena warna rambut saya sudah berubah menjadi putih.
Selama pandemi covid 19 rambut tidak disemir, apalagi saya memakai masker sehingga wajah sebagian tertutup. Hahaha…. Betul pak, jawab teman saya dengan gembira. Kemudian habis acara makan saya langsung pulang ada acara lain yang harus saya hadiri.
Kalau saya melayat di rumah duka, saya cari waktu saat tidak terlalu banyak pelayat. Biasanya pelayat sepi pada pukul 10 pagi atau pukul 16 sore, kalau datang pada pukul 19.00 – 22.00 malam banyak pelayat datang untuk melaksanakan ibadah dan menyampaikan kata-kata penghiburan bagi keluarga duka.
Kalau datang pada saat pelayat sepi, dapat lebih bebas berbicara dengan keluarga duka atau setidak-tidaknya sudah berpartisipasi menerapkan 3M yaitu, memakai masker, mencuci tangan (mudah-mudahan tuan rumah sudah menyediakan), menjaga jarak dengan menghindari keramamaian atau kerumunan. Sangat Hati-Hati