Macan Istighotsah Wafat, Nahdliyin se Nusantara Menangis

  • Bagikan

BERITA9, CIREBON – Nama Almarhum Almaghfurrlah K.H. Makhtum Hannan tak asing di telinga warga Nahdliyin sebutan khas warga Nahdlatul Ulama (NU). Pengasuh Pondok Pesantren Babakan, Cirebon, Jawa Barat, itu kerap diandalkan sebagai imam dalam acara-acara istigasah warga Nahdliyin baik di tingkat lokal maupun nasional. 

“Beliau tak hanya cuma dikenal sebagai macan di mimbar istigasah, Kiai Makhtum juga kerap menjadi simbol perlawanan rakyat kecil, terlebih bagi kepentingan masyarakat pesantren,” kata Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Sa’dullah Affandi, di pelataran Pondok Pesantren Babakan, Cirebon Sabtu (21/1). 

Lantas Kyai Affandi mengisahkan bagaimana kebersahajaan Kiai Makhtum dalam mimbar istigasah masyhur sejak 1990-an. Ketika memimpin doa, Kyai Makhtum dianggap mampu menghadirkan suasana khusus. Termasuk dalam istigasah jelang K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur turun dari kursi presiden.

“Jika memimpin doa, seolah-olah bisa menggetarkan langit. Itu yang pernah diakui Gus Dur,” ujarnya.
Salah satu perjuangan Kyai Malhtum yang akan diingat ialah keberhasilan beliau dalam menggeser jalur proyek Tol Cikampek-Palimanan (Cipali) pada 2008 lalu. Kala itu, Pemerintah keukeuh menerabas area pesantren. “Kyai Makhtum dapat menggeser jalur tol, pesantren nggak jadi digusur,” kenang Kyai Affandi.

Warga Nahdliyin sabtu ini berduka, salah satu ulama kharismatik pejuang nasional K.H. Makhtum Hannan wafat pagi ini, Sabtu 21 Januari. Almarhum merupakan satu dari sembilan ulama Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) yang diberikan mandat memilih Rois Syuriah PBNU pada penyelenggaraan Muktamar NU di Jombang tahun lalu. Nama Kyai Makhtum juga terpampang di jajaran dewan musytasar kepengurusan PBNU bersama kyai sepuh lainnya. (red/hwi)

Laporan Biro Cirebon : Faisal Al Farisi 

  • Bagikan