Muslim itu mengajak bukan menginjak,
Muslim ingin merangkul bukan memukul,
Muslim untuk mengasihi bukan memusuhi
Hari ini 24 April 2017 tepatnya dihari Senin, 27 Rajab 1438 Hijriah, umat muslim Indonesia dan dk seluruh dunia, bersama-sama memperingati hari besar dalam sejarah Islam, yakni Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Sejarah lahirnya peristiwa dahsyat Isra’ Miraj, merupakan peristiwa yang patut dijadikan motivasi diri. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan spiritualitas terpenting yang menjadi salah satu tonggak sejarah perjuangan Rasulullah SAW dalam membangun peradaban, keadilan, dan kemakmuran bagi seluruh umatnya.
Makna dari peristiwa Isra’ Mi’raj yang wajib dipahami oleh umat Islam yakni, dapat mengimplementasikan menjadi sebuah perjalanan penuh makna simbolik, hingga Nabi menerima perintah langsung, yang dilaksanakan oleh umatnya, yakni shalat lima waktu.
Dikatakan penuh makna simbolik, maksudnya, bisa kita jadikan spirit dan motovasi diri, sedikitnya terbagi dua makna dari kejadian tersebut, yakni Spirit Keteladanan dan Prinsip Keadilan.
Spirit keteladanan Nabi Muhammad SAW bisa dipraktekkan dengan memberantas korupsi, membongkar skandal suap dan pungli, yang akhir-akhir ini kian menjalar dengan liar, termasuk kongkalikong antar pejabat dan pengusaha. Kasus-kasus mega korupsi seperti Hambalang, BLBI, Century dan e- KTP bisa dijadikan acuan.
Prinsip Keadilan Rasulullah SAW, terekam pada proses negosiasi yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, dalam menerima perintah kewajiban shalat.
Nabi Muhammad SAW adalah cerminan seorang pemimpin yang berusaha meringankan beban yang dihadapi umatnya. Ini bentuk perlindungan seorang pemimpin kepada rakyatnya.
Pemerintahan yang bersih, bebas dari praktik korupsi, kolusi, suap dan pungli, merupakan pekerjaan berat bagi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat ini. Kalau upaya pemberantasan korupsi sedikit mengendor saja, kepercayaan publik akan berkurang. Contohlah kepemimpinan Rasulullah SAW dalam membina umatnya, beliau tegas tapi santun.
Muslim itu mengajak bukan menginjak,
Muslim ingin merangkul bukan memukul,
Muslim untuk mengasihi bukan memusuhi. (red)
Penulis, Yono Sabar