Wacana Mendikbud Sejatinya Mencontek Sistem Pesantren

  • Bagikan

BERITA9, JEMBER -Wacana penerapan full day school yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Efendi mendapat sorotan tajam dari akademisi Nahdlatul Ulama (NU).Sejatinya, NU sudah sangat lama menerapkan gagasan itu. Faktanya, sistem pendidikan di pondok pesantren yang selama ini berjalan memakai system sekolah seharian, bahkan lebih dari itu, misalnya para santri tinggal dan berinteraksi di pondok. 

“Ide itu muncul karena pendidikan di rumah dinilai kurang berkualitas, maka pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang sangat cocok di Indonesia dan bukan hanya menjadi alternatif,” kata pakar pendidikan Prof.Dr.H. Agustitin Setyobudi, MM.MBA kepada Berita9 beberapa waktu lalu.

Prof. Agus mengatakan, “Secara makna Full day school sesungguhnya memondokkan anak di pesantren. Hal ini jika diasumsikan bahwa pendidikan anak di rumah kurang berkualitas,”

Ia menyatakan bahwa sah-sah saja full day school diterapkan asalkan tidak mengabaikan unsur-unsur edukasi dan bermain anak. Menurutnya, full day school bisa membantu orang tua dalam melakukan ‘perlindungan’ terhadap anak dengan menitipkannya lebih lama di sekolah. Untuk masalah bermain, di rumah juga kadang-kadang cara bermain anak tidak terkontrol dan kurang berkualitas, apalagi sekarang zamannya game.

“Namun kalau mau efektif yah lebih baik masukkan anak ke lembaga pondok pesantren,” ujarnya. 

Prof. Agus yang juga pengurus pusat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyatakan, saat ini sudah banyak pesantren yang memiliki lembaga pendidikan formal dengan kualifikasi modern dan maju.”Jadi tidak kalah dengan lembaga pendidikan umum,” jelasnya.

Ia lantas mencontohkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya sudah lama menerapkan system sekolah seharian. Prof. Agus mengaku khawatir penolakan terhadap full day school, imajnya akan menjalar ke pesantren dengan asumsi-asumsi yang tidak menguntungkan. Sebab, bisa jadi kegiatan pendidikan di pesantren yang begitu padat, juga akan dicap tidak memberikan ruang bermain pada anak serta memforsir mereka untuk belajar.

“Asumsi ini sangat keliru. Pesantren walaupun disiplinnya tinggi, tapi sistem pengasuhannya seperti ibu dan anak,” kata pimpinan Lembaga Pendidikan Acprilesma itu. (red)

  • Bagikan