BERITA9, PALEMBANG – Keputusan pemerintah yang melarang ekspor kelapa utuh berdampak sangat luas. Puluhan petani kelapa kini mulai kesulitan menjual hasil panennya dan buah kelapa banyak yang membusuk. Petani enggan menjual ke industri dalam negeri karena harga yang dipatok sangatlah murah sekali dibawah Rp.2.000 per kilogram sedangkan bila di ekspor harganya bisa mencapai Rp 3.000 -3.300 per kilogram.
Disparitas harga inilah yang membuat petani lebih senang mengekspor ketimbang menjual ke industri dalam negeri. Sementara itu, pemerintah beralasan pelarangan diperlukan karena kebutuhan industri kelapa bulat di tanah air sangat tinggi sedangkan pasokan dari petani sangat rendah.
Berikut rilis Ketua Umum Persatuan Petani Kelapa Indonesia (Perpekindo) Muhaimmin Tallo yang dikirim ke meja redaksi Berita9.
Apakah industri dalam negeri selama ini mampu meningkatkan kesejahteraan petani?
Parameter yang paling nyata dan gampang untuk dilihat adalah bagaimana perkembangan perkebunan kelapa di Indonesia dalam waktu 40 tahun terakhir, jika luasan, produktifitas perkebunan kelapa Indonesia tidak berkembang artinya keberhasilan industry dalam negeri dan pemerintah belum mampu meningkatkan pendapatan petani kelapa, kenapa demikian karena jika harga kelapa tinggi maka semangat untuk menanam kelapa akan menggelora diseluruh wilayah Indonesia tapi kenyataannya yang kita alami selama 40 tahun ini adalah semangat berkebun kelapa semakin meredup.
Kurang lebih 2 jt Ha tanaman kelapa Indonesia 3,5 jt sudah berumur tua dimana seharusnya sudah diremajakan, kenapa tidak diremajakan, apakah kewajiban pemerintah untuk meremajakan kelapa petani, tentu jawabannya bukan sebab penanaman kelapa Indonesia bukan pemerintah yang menanam tapi petani sendiri yang menanam kelapa harusnya petani juga yang meremajakan kelapanya, kenapa petani tidak meremajakan kelapanya karena karena petani tidak mampu dan tidak bersemangat untuk menanam kelapa lagi karena semua itu dikarenakan harga kelapa selama 40 tahun ini tidak memberi kesejahteraan bagi petaninya.
Bahkan banyak tanaman kelapa ditebang diganti dengan tanaman lain yang dianggap petani lebih mensejahterakan seperti sawit dan lain-lain. Tapi 1-2 tahun terakhir semenjak harga kelapa tinggi karena adanya ekspor kelapa bulat yang bisa mengangkat harga kelapa jadi tinggi masyarakat mulai memelihara kelapanya dengan baik bahkan pemupukan dilakukan oleh petani agar produksi buah kelapa mereka meningkat dan sebagian masyarakat mulai menebang sawitnya digantikan kembali tanaman kelapa, itu semua karena harga tinggi yang didapatkan petani kelapa.
Haruskah pemerintah menutup ekspor kelapa bulat, maka jika ekspor kelapa bulat ditutup dikhawatirkan semangat untuk memelihara dan menanam kembali kelapa di Indonesia akan hilang lagi dan kelapa Indonesia kembali terpuruk sebagaimana selama 40 tahun terakhir sebelum adanya ekspor kelapa bulat dan tidak menutup kemungkinan 10-20 tahun kedepan tidak ada lagi perkebunan kelapa di Indonesia.
Beberapa tahun terakhir eksport produk kelapa juga menurun tentu hal ini dipengaruhi oleh produktifitas buah kelapa yang menurun, industri kelapa yang menurun, indiustri kelapa dalam negeri hampir tidak berkembang, tata niaga perdagangan kelapa dalam negeri yang tidak kondusif, investasi dibidang perkelapaan sangat minim. Ini semua karena harga kelapa dalam perniagaan dalam negeri sangat tidak baik sehingga para investor dalam dan luar negeri berfikir panjang untuk menanamkan modalnya karena, tidak adanya kepastian harga yang bisa menjamin kelangsungan bisnisnya berlangsung lama dan menguntungkan.
Solusi menyelamatkan petani kelapa dan perkebunan
Regulasi pemerintah harus berpihak pada harga kelangsungan perkelapaan Indonesia sangat tergantung dengan petani, jika kesejakteraan petani tidak diperoleh maka kelangsungan perkelapaan Indonesia pun akan terancam, harga kelapa sangat menentukan dalam kesejahteraan petani.
Jika harga kelapa tinggi maka kesejahteraan petani meningkat, gairah memelihara kebunnya akan meningkat dan gairah menanam kelapa akan meningkat dan apa yang akan diprogramkan oleh pemerintah untuk meremajakan kelapa Indonesia dengan mudahnya bisa terlaksana karena petani akan bergerak sendiri untuk meremajakan kebun mereka sendiri.
Ini terbukti pada tahun 1940 sampai tahun 1960an hampir secara serentak masyarakat Indonesia berbondong-bondong menanam kelapa yang tersebar di seluruh Nusantara sehingga tertanam 3 juta herktar di Indonesia, itu semua karena harga kelapa bulat adalah solusi terbaik untuk mendapatkan harga tertinggi.
Kenapa pemerintah harus menutup ekspor kelapa bulat tersebut sementara industri dalam negeri kita belum mampu memberikan harga yang tinggi kepada petani kelapa maka penutupan ekspor saat ini tidaklah tepat karena sama saja dengan mematikan petani kelapa kita sendiri, jika beberapa tahun kedepan industri kelapa dalam negeri kita sudah mampu bersaing dengan harga ekspor kelapa bulat maka secara otomatis ekspor kelapa bulat akan berhenti dengan sendirinya.
Industri dalam negeri harus terpadu, tidak ada lagi air kelapa yang dibuang karena industri hanya menerima kopra saja, atau industri hanya membuat decated coconut saja, tapi industri mulai menambah hasil produknya misalnya natadecoco, energi drink, brikat arang dan lain-lain sehingga pabrik tidak lagi hanya membeli kopra tapi membeli kelapa bulat dimana harga kelapa tersebut sudah terhitung beberapa produk yang dihasilkan sehingga harga pembelian pabrik meningkat dan mampu bersaing dengan harga kelapa eksport bulat, jika seluruh industri dalam negeri berintegrasi seperti ini maka harga kelapa akan tinggi dan ekspor kelapa bulat akan terhenti.
Regulasi pemerintah untuk industri dalam negeri mohon kiranya dipermudah, para investor dalam dan luar negeri diberikan kebijakan khusus agar industri dalam negeri tumbuh berkembang dengan cepat, pungutan-pungutan di luar ketentuan undang-undang ditiadakan sehingga biaya produksi betul-betul dapat dihitung dengan pasti sebagai contoh menjelang perayaan 17 Agustus, hari raya keagamaan dan lain-lain kami seringkali mendengar pihak pabrik banyak mengeluarkan dana-dana untuk hal tersebut sehingga imbasnya harga beli pabrik diturunkan dan artinya semua hal tersebut berdampak dengan harga kelapa kepada petani.
Dari itu semua kami memberikan saran kepada pemerintah dan pengusaha sejahterakanlah petani kelapa Indonesia, jangan tutup ekspor kelapa bulat sampai industri dalam negeri mampu bersaing dengan harga ekspor kelapa bulat sebab kelangsungan industri kelapa dan kehidupan kelapa di Indonesia tercinta ini sangatlah tergantung dari kesejahteraan petani kelapa jika jalan menuju kesejahteraan petani tidak diperhatikan dan dihalang-halangi maka tanaman kelapa Indonesia akan tinggal kenangan.
Petani tidak menuntut banyak dari pemerintah dan pengusaha, mereka bertanam kelapa sendiri dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki akhirnya mampu membangun sendiri kebun mereka untuk dikelola industry maka hargailah dengan memberikan harga yang tinggi agar petani kelapa mampu hidup sejahtera di bumi Indonesia tercinta ini.
Wahai para pengusaha industri kelapa Indonesia pikirkanlah kesejahteraan petani kelapa Indonesia, selama 40 tahun kami memberikan kelapa kami ke industri kalian berapa besar keuntungan yang kalian sudah dapatkan dari kelapa kami mungkin ribuan triliun yang sudah kalian nikmati, sementara kami masih hidup dengan segala keterbatasan di kebun kami, saat ini kami sudah bisa menjual kelapa kami dengan harga tinggi janganlah kalian halangi dengan berbagai alasan yang tidak masuk diakal kami. Mari kita duduk bersama membagi kebahagiaan bersama agar perjuangan kami selama ini bisa kami rasakan dan wariskan pada anak cucu kami. (red)