BERITA9, BAGHDAD – Kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah atau populer disebut ISIS telah lama mengkampanyekan perbuatan kriminal dengan dalih agama. Mereka membenarkan perbuatan kekerasan mulai membunuh, memperkosa, merampok hingga menculik perempuan yang tidak seaqidah dengan mereka. Sebagai kelompok yang merasa dirinya benar, mereka melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan. Salah satunya menjual perempuan muda dari suku Yazidi, Irak. Dalam sebuah situs milik ISIS, harga seorang perempuan ISIS membuka penawaran pada angka US$ 9 ribu atau Rp 122,6 juta.
Harga tersebut dibandrol untuk seorang gadis cantik, pekerja keras, dan masih perawan. Dahsyatnya, gadis itu baru berusia 11 tahun.
Itu adalah keterangan yang tercantum dalam iklan yang disebarkan ISIS secara viral. Satu, dari sekian banyak iklan yang disimpan Abdullah Shrem di telepon selulernya.
Menurut Shrem, sejumlah iklan lainnya malah menampilkan petunjuk vital berupa foto dan lokasi.
Shrem memang berniat ‘membeli’ gadis-gadis itu, namun bukan karena ingin dijadikan budak seks melainkan membebaskan mereka.
Shrem sendiri punya cerita kehilangan di mana lebih dari 50 anggota keluarga Shrem diculik teroris ISIS dari kediaman mereka di Provinsi Sinjar, Irak — ribuan warga Yazidi telah diculik di daerah ini pada 2014 lalu.
Dijual sebagai Budak Seks
Putus asa dan marah adalah gambaran perasaan yang berkecamuk di dalam diri pengusaha itu melihat dunia hanya menonton apa yang terjadi terhadap warga Yazidi tanpa melakukan sesuatu untuk menolong.
Ia dibantu dengan beberapa orang pun mulai merencanakan upaya penyelamatan terhadap gadis-gadis yang diculik ISIS.
Tak main-main dengan niatnya, Shrem merekrut para penyelundup rokok untuk menyelundupkan barang-barang terlarang masuk dan keluar di wilayah ISIS. Ini dilakukan demi melancarkan upaya penyelamatannya.
“Tak ada pemerintah atau ahli yang melatih kami. Kami belajar sambil terus melakukannya, lebih dari satu setengah tahun, kami mendapat cukup pengalaman,” ujar Shrem seperti dikutip CNN, Jumat (3/6).
Luar biasa, ‘kelompok’ yang dikomandoi Shrem sejauh ini berhasil menyelamatkan 240 perempuan Yazidi. Sebuah usaha yang tidak mudah apalagi murah. Ia hampir menyerah, setelah tabungannya terkuras habis untuk membayar biaya penyelundupan itu.
Tantangan terbesar datang bagi penyelundup yang melacak keberadaan gadis-gadis Yazidi itu. Nyawa menjadi taruhan mereka, jika tertangkap mereka akan dieksekusi.
Shrem mengaku, segala risiko yang ditemuinya terbayar lunas ketika mereka berhasil melakukan operasi penyelamatan. “Setiap kali saya menyelamatkan satu orang, saya mendapat kekuatan dan keyakinan untuk melanjutkan ini sampai saya mampu menyelamatkan mereka semua,” tuturnya.
Pada sejumlah kasus, kelompok Shrem bergerak mengikuti petunjuk dari iklan yang disebarkan ISIS. Namun dalam kasus lainnya, para sandera yang berusaha untuk menghubungi mereka — merinci informasi terkait lokasi mereka.
Setelah berhasil tersambung dengan kelompok Shrem, gadis-gadis yang diculik itu diberi tahu kapan dan kemana mereka harus pergi untuk menemui penyelundup yang telah bersiap dengan mobil untuk membawa mereka pergi.
Tak ada yang pasti, begitu juga dengan proses penyelamatan gadis-gadis itu. Ada yang berlangsung dalam sehari, namun tak jarang butuh waktu berminggu-minggu untuk keluar dari wilayah ISIS, berpindah-pindah dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya bahkan terkadang harus menunggu di rumah aman. (red/hwi)
bersambung….