BERITA9, JAKARTA – Insiden kecil namun sangat memalukan menimpa Wakil Gubernur non aktif Djarot Saiful Hidayat. Usai melaksanakan shalat Jum’at di Masjid Al Atiq, Tebet, Jakarta Selatan, Djarot ramai-ramai diteriaki jama’ah. Siang tadi, Jumat (14/4), Djarot menjalankan ibadah shalat Jum’at di masjid itu. Mulanya, tidak ada masalah. Saat baru tiba, para jemaah menyambut hangat kedatangan Djarot. Beberapa malah mengajak bersalaman dan foto bersama. Saat prosesi shalat Jum’at baru dimulai, petugas masjid yang membacakan laporan keuangan masjid, tiba-tiba mengeluarkan pernyataan soal memilih pemimpin.
“Mereka yang memilih pemimpin seorang Nasrani atau Yahudi itu orang munafik. Bila kita memilih orang nonmuslim, sementara ada orang muslim sebagai pilihan, itulah kita dicap jadi seorang munafik,” seru takmir lewat microphone.
Mendengar itu, calon wakil gubernur nomor urut dua itu tak menggubrisnya, Djarot tetap duduk dengan tenang dan mendengarkan khotbah. Padahal isi khutbah mengulas tentang ajakan memilih calon pemimpin yang seagama. Sampai salat Jumat selesai, suasana masih kondusif.
Djarot lalu keluar meninggalkan masjid. Saat itu, kondisi masjid terdengar begitu ramai teriakan. Entah siapa yang memulai, sejumlah jama’ah meminta Djarot segera meninggalkan masjid sembari mengumandangkan takbir.
Djarot tak menggubris teriakan itu. Dia lantas bergegas meninggalkan masjid. Sesekali, Djarot melempar senyum pada yang meneriakinya. Ia juga sempat menerima ajakan beberapa warga buat berfoto.
Djarot mengaku menerima perlakuan itu. Ia menegaskan, kehadirannya di masjid tersebut sebatas ingin menunaikan salat Jumat. “Enggak apa-apa, banyak juga yang normal saja, ada yang salaman foto-foto, biasa saja kok,” ungkap Djarot.
Namun, mantan Walikota Blitar itu menyayangkan insiden tersebut. Menurutnya, peristiwa itu menunjukkan masih ada yang membawa politik ke masjid. “Pertanyaan saya, apakah baik masjid digunakan untuk hal-hal seperti itu? Apakah diperbolehkan mempolitisasi masjid dengan cara seperti itu?” tanya Djarot.
Djarot mengimbau warga tetap saling menghargai. Jangan sampai, urusan Pilkada jadi memecah belah. Dia mengajak pemilih Ibu Kota lebih cerdas dan arif dalam berpolitik. “Jakarta ini barometer dalam pelaksanaan demokrasi yang tadi disampaikan demokrasi yang menggembirakan,” pungkasnya. (red/ade)