BERITA9, JAKARTA – Iwan Fals, lirih dengan intonasi kuat bertutur;
“apakah selamanya politik itu kejam, apakah selamanya dia datang tuk menghantam…..lalu kasak-kusuk mencari kambing hitam”.
Intonasi lagu Iwan Fals seolah membuka ruang tentang gambaran real politik di Indonesia.
Para pelaku politik alias politisi kini sedang memperagakan akrobasi yang tak indah dipandang mata. Mereka saling hantam, saling fitnah, saling menjatuhkan satu sama lain dan saling mencari kambing hitam. Kenyataan itu menjadi lauk makan sehari-hati bagi masyarakat Indonesia.
Rakyat dibuat bingung dengan akrobat para politisi, dimana rakyat melihat pada pemilihan pimpinan yang lalu mereka saling menghantam, eh sekarang malah jadi satu barisan, dan begitu sebaliknya.
Kita ingat waktu pemilihan presiden pengganti Habibie, dimana Amien Rais berada dibarisan Abdulrahman Wahid (Gusdur) melawan Megawati Soekarnoputri di DPR, dan Gusdur terpilih dengan suara terbanyak.
Selang dua tahun kemudian justru Amien Rais merapat barisan kepada Megawati untuk melengserkan Gusdur dari istana negara, sehingga saat ini kaum Nadhliyin sangat marah atas manuver Amien Rais.
Yang terbaru adalah Anis Baswedan yang dahulu sebagai Tim Pemenangan calon presiden Jokowi, menjadi lawan dari calon presiden Prabowo Subianto.
Bahkan statemen Anis amat pedas terhadap Prabowo dan dia menghantarkan Jokowi terpilih menjadi Presiden, lalu Anis Baswedan diangkat menjadi Menteri Pendidikan. Lihatlah sekarang, Anis berangkulan mesra dengan orang yang pernah di bully-nya. Bahkan Anis dijadikan ‘anak emas’ Prabowo menyingkirkan kadernya sendiri.
Mereka malah menjadi satu barisan dalam merebut kursi Gubernur DKI Jakarta, dimana Partai Gerindra besutan Prabowo mencalonkan Anis Baswedan sebagai kandidat calon Gubernur.
Ada lagi pergulatan aktor politik yang dahulu lawan menjadi kawan, seperti Ratna Sarumpaet adalah pendukung Ahok dan juga lawan abadi dari Rizieq Syihab pentolan Front Pembela Islam (FPI), nah sekarang mereka semua menjadi satu melawan calon gubernur petahana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Lihatlah juga kelakuan Ahmad Dhani beberapa tahun lalu. Dhani dijadikan target utama FPI karena dinilai sebagai orang Yahudi dan acapkali menyerang Rizieq dan FPI-nya. Tapi kini, Dhani dan FPI malah berbalik, mereka menjadi satu dan saling mendukung dengan FPI melawan pemerintah. Masih banyak lagi jika kita tulis satu-persatu, yah inilah demokrasi ala Indonesia.
Rakyat menginginkan kedamaian di negri tercinta ini, seperti sayup-sayup bait lagu Franky Sahilatua terdengar;
“kemesraan ini janganlah cepat berlalu………” (red/hwi)