BERITA9, JAKARTA – Mulut terdakwa penodaan agama Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok semakin berbisa saja, entah untuk yang keberapa puluh kali, mulutnya membuat banyak orang sakit hati, terakhir ia telah membuat marah warga Nahdliyin seluruh Indonesia gara-gara berkata kasar dan membentak-bentak Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Ma’ruf Amien.
Menyadari ulahnya membuat marah warga NU, Ahok lantas minta maaf. Masih dengan gayanya yang khas, membawa-bawa bahkan mengagung-agungkan Islam, ulama dan NU yang dikalim sebagai bagian dari hidupnya. “Saya tidak ada maksud merendahkan Islam dan NU karena saya cinta sama NU, apalagi Gus Dur sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri,” ujar Ahok di Jakarta, Rabu (1/2).
Bahkan dengan memasang muka yang seolah-olah polos, ia mengucapkan kata-kata maaf. Kalimat itu dianggap Ahok sebagai kata-kata pamungkas untuk meredam amukan warga NU. Tapi sayang, ia terlambat, kemarahan warga NU sudah memuncak. Pasalnya yang dia hina, dia lecehkan, dia bentak-bentak, dia caci maki, dia katakan pendusta adalah KH, Ma’ruf Amien, ulama tertinggi di lembaga NU.Mencolek NU berarti mencari perkara.
Untuk yang kedua kalinya, gara-gara mulut Ahok, petinggi negara ini dibuat sibuk. Lihatlah bagaimana Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Pandjaitan harus turun gunung meredam kemarahan warga NU dengan mendatangi kediaman Kyai Ma’ruf di Koja, Jakarta Utara.
Secara kasat mata terlihat jelas, Luhut di utus Presiden Joko Widodo guna menenangkan suasana yang sudah panas ini. Keeatangan Luhut tentu saja tidak dengan tangan kososng, ia pasti diperintah oleh Jokowi. Tidak hanya Luhut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta juga ikut mendatangi rumah Kyai Ma’ruf.
Sebagai Kapolda, Inspektur Jenderal Mohammad Iriawan tentunya sangat berkepentingan guna menjaga kondisi Jakarta agar tetap aman dan nyaman.
Kehadiran Luhut, Kapolda dan Pangdam, secara eksplisit menandakan bahwa Ahok dilindungi oleh kekuasaan yang sangat besar. Sosok Ahok dinilai sebagai sebuah ‘mutiara’ yang wajib dilindungi oleh kekuasaan walapun mulutnya telah membuat gaduh orang se Republik Indonesia.
Sudah selayaknya, semua pihak bersikap tegas atas sikap provokatif dan emosionalnya terdakwa Ahok. Sangat layak para pengambil keputusan di Negara ini menilai bahwa Ahok sudah tidak pantas mengikuti laju pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang akan digelar pertengahan bulan Februari ini.
Caranya, suka-suka para petinggilah, biarkan mereka yang berfikir, toh dengan kekuasaan ditangan Presiden Joko Widodo apa yang mustahil dilakukan di Republik ini. Intinya, Ahok di diskualifikasi dan masyarakat bisa terbebas dari bayang-bayang perpecahan akibat ulah mulut terdakwa Ahok. (red)
Penulis : HWI Pimred Berita9 (sindikasi)