Mimpi Jokowi Jadikan Indonesia Pusat Bank Syariah Dunia

  • Bagikan
Ilustrasi bank syariah (foto google)

BERITA9, JAKARTA – Pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) oleh Presiden Joko Widodo diharapkan dapat membuat kebijakan yang berpihak pada bank syariah. Namun, cukupkan dengan membentuk KNKS ambisi menjadikan Indonesia sebagai pusat bank syariah dunia bakal terwujud?

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin mengatakan, pembentukan KNKS oleh pemerintah dianggap sebagai sebuah komitmen serius guna mengembangkan perekonomian syariah dengan mengedepankan pemberdayaan umat.

Dengan pemberdayaan umat, menurut dia, arus ekonomi baru yang tumbuh dari masyarakat golongan menengah ke bawah diharapkan bisa tercipta, “Jadi ekonomi bergerak dan tumbuh itu tidak tergantung sama pemodal besar saja. “Kita bangun penumpang-penumpang di syariah ini, di samping sektor keuangan,” ” kata Kyai Ma’ruf di Jakarta , Jum’at (2/3/2018)

Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah, hingga akhir tahun 2017, total aset perbankan syariah baru mencapai Rp424,181 triliun atau 5,97 persen dari total aset perbankan nasional. Angka itu sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencapai 5,5 persen.

Mirisnya, peningkatan pangsa pasar syariah tersebut bukan disebabkan karena kinerja bank syariah. Tetapi gara-gara konversi Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nanggroe Aceh Darussalam dari bank konvensional menjadi bank syariah.

Dari data Bank Indonesia, pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia sudah jauh tertinggal di banding negara muslim lainnya. Misalnya di Malaysia yang pangsa pasar perbankan mencapai sekitar 20 persen. Di negeri teluk seperti Arab Saudi bahkan sudah lebih dahsyat lagi, perbankan syariah sudah menguasai 50 persen pangsa pasar.

Pertumbuhan bank syariah di tanah air sangar melambat. Bahkan tidak sedikit yang mengalami masalah klasik, semacam minimnya modal, kredit macet sampai ke persoalan sumber daya manusia. Keburukan itu juga melanda Bank Muamalat yang diklaim sebagai motor perbankan syariah di Indonesia. Akibatnya, bank-bank tersebut sulit bertumbuh.

Wakil Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah, Halim Alamsyah berkata, masih rendahnya pangsa pasar bank syariah disebabkan banyaknya masyarakat di Indonesia yang belum paham kelebihan bank berprinsip syariah. Selain itu, skala bank syariah yang jauh lebih kecil membuat mereka kalah saing dengan bank konvensional.

“Skala bank syariah yang kecil membuat mereka kurang efisien. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) lebih tinggi dari konvensional, produktivitas kalah, sehingga kalah saing,” jelas Halim.

Guna mensiasati supaya keluar dari masalah tersebut, Halim meminta pemerintah mengeluarkan kebijakan, misalnya, memberikan insentif pajak untuk deposito syariah. Untuk beberapa kegiatan, bank syariah kerja sama dengan bank konvensional. “Bukan sumber dana, tapi misalnya keahlian dalam bidang manajemen risiko,” terangnya.

Halim yang juga Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menuturkan, karena masih rendahnya daya saing industri syariah. Tahun ini, ia memperkirakan, pangsa pasar perbankan syariah tak akan banyak bergeser dari posisi tahun lalu.

“Dalam konteks persaingan, ada kemungkinan SDM perbankan syariah perlu ditingkatkan. Perbankan syariah ini membutuhkan SDM yang lebih khusus dari konvensional,” ungkap dia. (red)

  • Bagikan