BERITA9, JAKARTA – Ujaran kebencian yang kerap muncul di media sosial (medsos) sangat berpotensi menjadi bibit terorisme. Terlebih lagi para pelaku kerap menggunakan akun palsu untuk menutupi identitas dirinya. Bahkan pelaku memiliki ratusan akun abal-abal untuk memuluskan aksi jahatnya.
“Mereka berlindung dibalik akun palsu yang sampai saat ini masih tumbuh subur di medsos,” ungkap anggota Komisi III DPR RI Anwar Rachman kepada BERITA9 melalui sambungan telepon Ahad (8/4/2018)
Rachman mengatakan, kinerja Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Badan Cyber Crime Mabes Polri dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) harus lebih ditingkatkan lagi. Pasalnya, hingga kini masih banyak akun palsu yang menyebarkan berita hoax untuk memprovokasi masyarakat.
“Saya malah lebih meminta ke BNPT untuk lebih jeli mengamati pergerakan ujaran kebencian di berbagai medsos,” ujarnya.
Anwar Rachman berkata, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) gerak medsos perlu diamati sejak dini, agar potensi paham radikalisme tidak berkembang dan berujung pada aksi terorisme.
“Yang harus diwaspadai adalah bibit-bibit teror sejak dini. Ini harus diawasi dari medsos. Ujaran kebencian juga bisa jadi bibit terorisme termasuk ceramah-ceramah agama yang isinya menyerang pemerintah,” tandas politisi PKB ini.
BNPT diimbaunya jeli mengamati medsos dan ceramah agama yang sangat tendensius. Sosialisasi masif harus dilakukan ke setiap sekolah dan pesantren. Ini penting untuk menggalakkan program kontra terorisme di Indonesia.
Para siswa setingkat SMP dan SMA menjadi kelompok yang sangat rentan disusupi paham radikal oleh para teroris. “BNPT harus jeli perhatikan ini. Sosialisasi ke sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren juga perlu dilakukan,” sarannya. (*)