Luhut : Ekonomi Indonesia Aman-Aman Saja

  • Bagikan

BERITA9, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meminta masyarakat mempelajari secara utuh indikator ekonomi Indonesia terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut dia, masyarakat seharusnya menilik kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan, baik dari tingkat inflasi, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kekuatan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maupun pertumbuhan kredit serta indikator ekonomi makro lainnya.

Luhut berkata, indikator ekonomi makro tersebut dalam kondisi bagus, sehingga masyarakat diminta tidak risau pada kondisi pelemahan rupiah.

“Kita jangan lihat itu dari satu sisi saja rupiah di angka Rp15 ribu,” kata Luhut di kantornya, Rabu (3/10/2018).

Ia melanjutkan, tingkat inflasi masih rendah, bahkan pada September lalu terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan. Dari perhitungan tahunan, inflasi tercatat sebesar 2,88 persen dibandingkan September 2017. Artinya angka tersebut masih sejalan dengan target inflasi pemerintah di 2018 sebesar 3,5 plus minus 1 persen.

Selain itu, permasalahan utang yang santer pada beberapa waktu lalu masih cukup aman. Hal itu tercermin dari rasio utang terhadap PDB di bawah ketentuan Undang-undang. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan batas rasio utang pemerintah setidaknya 60 persen dari PDB.

Di sisi lain, data utang pemerintah per 31 Agustus 2018 tembus Rp4.363,2 triliun atau 30,3 persen dari PDB yang mencapai Rp14.395,07 triliun.

“Malah kemarin saya di New York bertemu fund manager dunia, ia bilang kenapa kalian (Indonesia) tidak menambah utang lagi? Karena ruang kalian berutang masih luas,” papar Luhut.

Menurut Luhut, pemerintah telah menyiapkan rencana strategis untuk memperkuat rupiah, salah satunya dengan menekan impor melalui perluasan implementasi minyak solar dengan campuran biodiesel 20 persen (B20). Upaya ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah.

“Itu semua langkah yang tidak pernah kita lakukan dulu,” kata Luhut.

Sebagai informasi, pada perdagangan spot sore tadi, nilai tukar rupiah bertengger di posisi Rp15.075 per dolar AS. Posisi mata uang Garuda melemah 32 poin atau 0,22 persen dari penutupan perdagangan kemarin sore, Selasa (2/10) di posisi Rp15.043 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.088 per dolar AS atau melemah 100 poin dari hari sebelumnya di Rp14.988 per dolar AS. (*)

  • Bagikan