BERITA9, SEMARANG – Gerombolan Islam radikal yang tergabung dalam ormas Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahir Indonesia (HTI) kembali berulah. Mereka mulai memancing kemarahan warga Nahdlatul Ulama (NU) akibat perbuatan mereka mendemo acara buka puasa bersama yang digelar di Semarang yang dihadiri oleh Sinta Nuriyah istri Presiden RI ke 4 KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Akibat demo liar itu, panitia terpaksa memindahkan acara ke Balai Kelurahan Pudakpayung, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/6). Alasannya agar tidak terjadi keributan yang panjang dan tidak mengganggu kekhusyukan ibadah puasa.
Saat anggota Banser belum hadir, anggota FPI dan HTI meneror panitia untuk segera membubarkan acara, sementara polisi yang berjaga-jaga dilokasi tidak melakukan tindakan apapun. Mereka beralasan, acara buka puasa lintas iman tidak sesuai dengan kaidah dan memicu konflik umat beragama. Kegiatan yang awalnya akan diadakan di Gereja Katolik Kristus Raja, Ungaran, akhirnya panitia acara memindahkan kegiatan itu ke Gereja Yakobus Zebedeus. Namun, FPI dan HTI tetap ngeyel sambil teriak-teriak agar panitia membubarkan acara.
Romo Aloysius Budi Purnomo berkata, panitia akhirnya memutuskan untuk menggelar acara buka puasa lintas iman di balai kelurahan. “Kami menghormati dan menghargai kawan-kawan yang tidak bisa menerima kegiatan ini. Di mana pun tempatnya, kami tidak masalah, yang penting adalah kebersamaan dan tolerasi,” ujarnya.
Usai mendapat kepastian acara dipindahkan ke Balai Kelurahan Pudakpayung, ratusan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU Jawa Tengah turun mengamankan acara. Mengetahui anggota Banser ikut berjaga, gerombolan FPI dan HTI lari tunggang langgang kesegala arah. Mereka tidak berani mendekati acara, hanya menonton dari kejauhan tanpa melakukan tindakan apapun.
Acara pun akhirnya bisa dilangsungkan dengan aman dan lancar. Kegiatan buka puasa lintas iman itu dimulai sekitar pukul 16.30 WIB dengan dialog yang dipimpin Sinta Nuriyah bertajuk makna puasa dalam toleransi kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Walikota Semarang Hendrar Prihadi dan sejumlah tokoh agama turut menghadiri forum tersebut. “Puasa adalah ibadah umat muslim, tapi umat lain juga ikut merasakan makna ibadahnya. Sungguh indah jika keadaan ini terus berjalan harmonis di Indonesia,” tutur Sinta.
Santap hidangan setelah adzan magrib diiringi tarian sufi dari Pesantren Al Islam, Tembalang, Semarang, pimpinan Kyai Budi Hardjono.
Walikota Semarang Hendrar Prihadi menyayangkan penolakan sejumlah kelompok masyarakat. Ia menyebut, sikap ormas-ormas itu sebagai kekhawatiran yang berlebihan.
“Acaranya sangat hangat, sejuk, damai penuh kebersamaan. Justru inilah bukti konkret adanya toleransi kehidupan beragama,” ujar Hendrar.
“Kami siap siaga membantu aparat mengamankan acara ini karena sejak awal ada reaksi penolakan,” kata Ketua Banser NU Kota Semarang, Hasyim Azhari. (red/mul/abm)
Mungkin mrka marah krn ga d ajak makan2