BERITA9, JAKARTA – Sepintas tampilan Eriyadi (25) tidak ada yang istimewa. Kopiah lusuh, kemeja batik dan celana panjang hitam kumal. Ditanganya ada kotak dicat hijau bertuliskan ‘Infaq, Amal & Sedekah’. Tidak hanya itu, ia juga membawa lembaran kumal dengan posisi digulung.
Tidak ada perasaan bersalah atas apa yang dia lakukan, mengedarkan kotak amal palsu. “Saya cuman orang suruhan pak, tiap hari setoran ke bos,” kata Eriyadi saat dijumpai Berita9 di kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jum’at (10/6).
Hasil mengedarkan kotak amal palsu dalam sehari, kata dia, mampu menghasilkan Rp 200-300 ribu, tapi terkadang juga dibawah itu. Lokasi operasinya pun berpindah-pindah. Ia bercerita, semua pelosok Jakarta sudah ia datangi. Ulah bejat Eriyadi akhirnya berhenti usai ditangkap petugas Suku Dinas Sosial (Sudin Sosial) Jakarta Pusat.
Dari hasil penelusuran tim Sudin Sosial, ternyata Eriyadi tidak bekerja sendiri. Ada bos besar dari pengedar kotak amal palsu memiliki omzet sebesar Rp2,8 juta per hari. Omzet itu didapat berdasarkan kalkulasi jumlah anak buah dari bos pengedar kotak amal palsu.
Bos besar itu diidentifikasi bernama Sri beralamat asrama di Jalan Angke Indah I, Jakarta Barat. Sri mempekerjakan sebanyak 96 orang yang bertugas mengedarkan kotak amal palsu ke sejumlah tempat-tempat keramaian. Dalam sehari, Sri meminta setoran kepada anak buahnya sebesar Rp30.000.
Bila dihitung 96 orang x Rp30.000 itu hasilnya Rp2,8 juta. Dalam satu hari Sri mendapatkan omzet Rp2,8 juta, kalau dihitung sebulan hasilnya tentunya fantastis bisa mencapai lebih dari Rp80 juta.
Di Jakarta banyak sekali orang-orang tak bertanggungjawab mencari uang dengan cara tak lazim seperti menjadi pengemis atau sebagainya. Oleh karena itu, lebih baik anda yang ingin bersedekah sebaiknya ke lembaga resmi. (red/bhm)