F-Gerindra : Anggaran Infrastruktur Besar, Ekonomi Masih Jeblok

  • Bagikan
Politisi Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono Anggota Komisi V DPR RI (foto google)

BERITA9, JAKARTA – Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono menilai, jor-jorannya Presiden Joko Widodo mengeluarkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur hingga Rp 300 sampai Rp 400 triliun pertahun, dianggap sebagai pemborosan anggaran yang tidak perlu dan belum mengangkat ekonomi rakyat.

Dibandingkan dengan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), lanjut Bambang, yang hanya mengeluarkan anggaran rata-rata yang tidak lebih dari Rp 200 triliun per tahun, tetapi pertumbuhan ekonominya cukup tinggi.

“Ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi tidak punya skala prioritas,” ujar Bambang Haryo Soekartono di gedung DPR RI, Kamis (12/4/2018).

“Era SBY, anggaran infrastruktur yang rendah, tetapi pertumbuhan ekonominya cukup tinggi. Infrastruktur yang dibangun oleh pemerintahan Jokowi tidak ada skala prioritas yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama yang dibutuhkan untuk menumbuhkan ekonomi yang ada di Indonesia,” tandas Bambang.

Baca :

PKS : Argumen KPK Soal Century Sangat Tidak Masuk Akal

Dede Yusuf Pertanyakan Janji Jokowi Buka 10 Juta Lapangan Kerja

DPR Curigai Motif WNI Cari Suaka ke Jepang

Legislator dari Partai Gerindra itu menyebut, skala prioritas yang dimaksud bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua tetapi mendapat porsi anggaran pembangunan infrastruktur yang terbesar. “Apakah pertumbuhan ekonomi di Papua meningkat tajam,?” katanya seolah bertanya.

Bambang Haryo berkata, lazimnya dalam pembangunan infrastruktur yang dibangun satu paket dengan pengembangan ekonomi, maka yang akan terjadi multiflier effect pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pertambahan infrastruktur.

“Di Papua yang katanya infrastruktur digeber, tetapi jembatan-jembatan yang dibangun kecil sekali manfaatnya. Pertumbuhan ekonomi di Papua pada tahun 2012 mencapai 14,84 persen, tetapi ketika kita lihat di tahun 2017, pertumbuhan ekonominya hanya 3,7 persen. Ini bukti bahwa ekonomi tidak ditumbuhkan,” ujarnya.

Bambang memaparkan, tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia menduduki peringkat satu di Asia Tenggara. Bahkan, Indonesia dianggap sebagai negara yang tangguh. Pasalnya, di Asia Tenggara tidak ada negara selain Indonesia yang lebih dari 6 persen pada saat ekonomi global sedang buruk diseluruh dunia.

“Coba bandingkan dengan kondisi sekarang ini, Indonesia hanya menduduki posisi ke 7 di Asia Tenggara, dibawah Timor Leste dan Papua Nugini,” tegasnya. (red)

  • Bagikan