BERITA9, MEDAN – Sebuah meme desain gambar kaos yang bertuliskan “NU Kultural Wajib Ber-PKB, NU Struktural Sakkarepmu!”, menarik perhatian berbagai kalangan. Saya melihatnya disebuah chanel medsos hari ini. Ada beragam komentar. Saya kemudian mencoba melihat makna dari disebarnya meme tersebut. Namun, tentunya saya tak punya kapasitas mengomentari sikap PBNU atau PKB. Jadi anggap saja ini sebagai pandangan orang awam yang kebetulan menjadi pengurus NU di sebuah kota.
Pertama, bagi saya yang orang Jawa kelahiran Sumatera Utara, istilah “Sakkarepmu” biasa saja. Namun tentunya berbeda dengan sahabat-sahabat atau para tuan guru serta kiai di Jawa. Saya malah melihat istilah tersebut penegasan dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) untuk Pengurus Besar NU (PBNU) untuk tidak ikut campur dalam urusan politik terkhusus PKB.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada PKB, saya ingin menyampaikan bahwa, meme itu, terlepas mewakili atau tidak mewakili sikap politik PKB, menjadikan PBNU leluasa dalam berkiprah. PBNU yang disebut sebagai NU Struktural, termasuk seluruh struktur dibawahnya, kini memang berubah.
NU Struktural yang selama ini identik dengan PKB boleh jadi kini berubah. Kiai Yahya Cholil Staquf yang kini memimpin PBNU mengakomodir banyak “warna politik”. Dan menurut saya, hal itu membuat NU Struktural semakin asik.
Beragamnya latar belakang politik pengurus NU baik dari PBNU hingga ke pengurus dibawahnya, tentu berdampak sangat baik. Dominasi salah satu partai politik, sungguh, menurut saya, tidak akan membuat NU menjadi lebih besar.
Buktinya, warga NU atau nadhliyin juga selama ini tidak semuanya berafiliasi politik pada salah satu partai. Mereka bebas memberikan pilihan sesuai dengan kesepakatan politik.
Warna-warni NU Struktural menurut saya membuat NU semakin asik dicermati. NU Kultural atau warga Nadhliyin pun tentu punya banyak pilihan politik. Mereka jadi tidak memakai “kacamata kuda” dengan diarahkan mendukung salah satu partai. Dan ini tentunya membuat NU akan semakin besar karena mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia.
Oleh: Aulia Andri, Wakil Ketua Tandfiz PC NU Kota Medan, Anggota Bawaslu Sumut 2014-2018. (*)